Kabupaten Jayapura, jelajahpapua.com – Kegiatan Seminar sehari dengan menghadirkan pakar sejarah dari Sekolah Tinggi Theologi, dari Universitas Cenderawasih, LSM, yang berbicara tentang Etmografi suku Moy, Sosiologi suku Moy, hukum ada suku Moy, bahasa suku Moy, hal itu disampaikan Ketua Panitia Seminar Sehari Karel Samonsabra di Gereja GKI Bethel Jemaat Waibron Banu, di Kampung Waibron, Distrik Moy, Kabupaten Jayapura, Rabu, (11/ 10/2023).
Seminar sehari ini, untuk mendapat satu kesepakatan pentingnya membukukan sejarah napak tilas masuknya Injil dan sejarah berdirinya jemaat-jemaat di Lembah Moy. Dimana pada tahun 2026, dalam rangka menyongsong Perayaan 100 Tahun Berdirinya Gereja di Lembah Moy.
Dengan membukukan sejarah Injil dan sejarah berdirinya jemaat-jemaat di Lembah Moy agar dapat menjadi dasar pijakan generasi muda di masa mendatang. Mereka tahu dan paham tatanan adat budaya dan sejarah asal usul mereka nantinya.
“Jadi sangat penting menyatukan pendapat dan bentuk tim penulis, karena kita akan tulis sebuah buku yang kita beri judul sejarah masuknya Injil di Lembah Moy, sejarah hari Pentakosta di Tanah Tabi, serta sejarah berdirinya jemaat-jemaat di Lembah Moy. Itu semua akan kita persembahkan untuk Tuhan Yesus di perayaan 100 tahun berdirinya Gereja di Lembah Moy pada tahun 2026 mendatang, juga kita akan persembahkan untuk Sinode GKI di Tanah Papua.
Ia menjelaskan, hari ini kita belum tahu di tahun berapa orang di Lembah Moy ini terima Injil. Itu masih menjadi sebuah misteri, jadi banyak cerita dari orang-orang tua kita dulu di setiap suku itukan masih tumpang tindih,” paparnya.
“Sehingga kita berusaha lewat seminar sehari ini kita bisa luruskan untuk disampaikan hasilnya. Kepada masyarakat Moy, pastinya akan kita sampaikan bahwa hasilnya seperti buku yang di tulis nanti.
Di dalam buku itu nantinya memuat tentang suku-suku bangsa Moy seperti etnografi, sosiologi, geografi, hukum adat, jadi semuanya akan kita muat dalam satu buku itu.
Untuk peserta siminar sehari ada dari para Ondoafi, kepala suku, terus pihak gereja juga kita undang sebanyak 13 gereja, baik dari Klasis Waibhu Moy sekitar 6 gereja dan di Klasis Tanah Merah ada 7 gereja. Kemudian, para tokoh adat, tokoh pemuda dan tokoh perempuan,” pungkasnya. (Imel)