Sentani, jelajahpapua.com – Kepeloporan masyarakat Sangihe Talaud Sitaro Mehengke Nusa di tanah Papua memiliki peran besar pada kemajuan masyarakat di Papua, hal tersebut di sampaikan Pendeta Freddy H. Toam M.Si. saat di wawancara jumat (17/02/23) di Sentani.
Tidak dapat di pungkiri dan di sangkal, peran masyarakat Sangihe Talaud Sitaro Mehengke Nusa di tanah Papua sangat berdampak pada kemajuan Papua, dimana masyarakat sangihe datang ke Papua sebagai Guru di pedalaman Papua, mengajar anak anak Papua, sebagai Pengijil, menyampaikan kabar baik, dan Tukang Kayu yang mengajarkan masyarakat Papua maju dari peradapan sebelumnya.
Masyarakat Sangihe dan Maluku adalah perintis di Papua, dapat di lihat dari generasi masyarakat sangihe samapi saat ini di Papua sudah berapa dekade ( keturunan). Tapi saat ini peran masyarakat Sangihe dan Maluku seperti terabaikan, terutama bagi generasi muda masyarakat sangihe talaud dan maluku harus terlibat dalam pembangunan di Papua meneruskan peran dari nenek moyang masyarakat sangihe dan maluku di papua.
Berdasarkan sejarah, masyarakat sangihe talaud dan maluku datang ke papua bukan hanya 1 atau 2 orang, tetapi mereka datang dengan satu komunitas dengan misi pekabaran Injil di Tanah Papua” Jelasnya.
“Jadi Papua ini sebenarnya adalah ukiran yang tertinggal dari masyarakat Sangihe Talaud dan juga orang Ambon, karena merekalah yang merintis pembangunan di tanah Papua ini,” ungkapnya.
Namun, peran mereka seperti terabaikan, terutama bagi generasi muda dari Sangihe Talaud dan Maluku yang harus dilibatkan dari kesinambungan peran nenek moyang mereka.
Pada zaman itu, kata Freddy Toam, Papua disebut sebagai daerah yang tidak dikenal oleh dunia, namun masyarakat Sangihe Talaud sudah berada di tanah Papua.
Dahulu kala, masyarakat Sangihe Talaud tidak tinggal di kota melainkan di perkampungan. Mereka bekerja dan mengajar nilai-nilai kebaikan dan membuat orang Papua menjadi beradab.
“Dapat di lihat dari Tulang belulang nenek moyang mereka ada tertanam di tanah Papua, karena itu peran mereka tidak boleh diabaikan. Menurut Freddy Toam, masyarakat Papua telah melupakan peran masyarakat Sangihe Talaud dan Ambon, karena selalu berpikir dan mencap sebagai pendatang. Padahal mereka sudah empat generasi di tanah Papua.
Freddy Toam juga mengungkapkan sebuah tradisi yang ditinggalkan masyarakat Sangihe Talaud hingga sampai saat ini masih sering dilakukan masyarakat Papua yaitu tradisi lepas sambut tahun baru.
Salah satu tradisi yang sangat erat sekali dengan masyarakat Papua khususnya di Jayapura adalah musik suling tambur yang menunjukkan eksistensi masyarakat Sangihe Talaud masih memiliki peran penting serta semangat persatuan ini tidak boleh jadi pudar dan mari kita jaga”, pungkasnya. (Redaksi)